Minggu, Mei 11, 2008

Ndeso

Deso (baca ndeso) itulah sebutan untuk orang yang norak, kampungan, udik, shock culture, Countrifield dan sejenisnya. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu yang baru dan sangat mengagumkan, maka ia merasa takjub dan sangat senang, sehingga ingin terus menikmati dan tidak ingin lepas, kalau perlu yang lebih dari itu. Kemudian ia menganggap hanya dia atau hanya segelintir orang yang baru merasakan dan mengalaminya. Maka ia mulai atraktif, memamerkan dan sekaligus mengajak orang lain untuk turut merasakan dan menikmatinya, dengan harapan orang yang diajak juga sama terkagum-kagum sama seperti dia.

Lebih dari itu ia berharap agar orang lain juga mendukung terhadap langkah-langkah untuk menikmatinya terus-menerus. Hal ini biasa, seperti saya juga sering mengalami hal demikian, tetapi kita terus berupaya untuk terus belajar dari sejarah, pengalaman orang lain, serta belajar bagaimana caranya tidak jadi orang norak, kampungan alias ndeso. :p

Membaca di sebuah situs internet, bahwa semua kampus di Jepang penuh dengan sepeda, tak terkecuali dekan atau bahkan Rektorpun ada yang naik sepeda datang ke kampus. Sementara si Pemilik perusahaan Honda tinggal di sebuah apartemen yang sederhana. Ketika beberapa pengusaha ingin memberi pinjaman kepada pemerintah Indonesia mereka menjemput pejabat Indonesia di Narita. Dari Tokyo naik kendaraan umum, sementara yang akan dijemput, pejabat Indonesia naik mobil dinas Kedutaan yaitu mercy. :t

Seorang teman yang tergabung di sebuah milis yg sama bercerita; wkt di Australia berkesempatan melihat sebuah acara ceremoni dari jarak yang sangat dekat, dihadiri oleh pejabat setingkat menteri, sang teman tertarik mengamati mobil yang mereka pakai Merk Holden baru yang paling murah untuk ukuran Australia. Yang menarik, para pengawalnya tidak terlihat karena tidak berbeda penampilannya dengan tamu-tamu, kalau tidak jeli mengamati kita tidak tahu mana pengawalnya.

Di satu majalah online saya pernah membaca ternyata di jepang kita tidak melihat orang pakai hp communicator. Dan setelah saya baca koran ternyata konsumen terbesar hp communicator adalah Indonesia. Yang tak kalah serunya ternyata berbagai jenis sepatu yang di pakai masyarakat jepang ternyata tak bermerek, wah ini yang ndeso siapa yaa? :t

Sulit membedakan tingkat ekonomi seseorang baik di jepang atau di Australia, baik dari penampilannya, bajunya, kendaraannya, atau rumahnya. Kita baru bisa menebak kekayaan seseorang kalau sudah tahu pekerjaan dan jabatanya di perusahaan. Jangan-jangan kalau orang jepang diajak ke Pondok Indah bisa pingsan melihat rumah segitu gede dan mewahnya. Rata-rata rumah disana(di Jepang) memiliki tinggi plafon yang bisa dijambak dengan tangan hanya dengan melompat. Sehingga duduknyapun banyak yang lesehan. :O

Sampai akhir hayatnya Rasulullah tidak membuat istana Negara dan Benteng Pertahanan (khandaq hanyalah strategi sesaat, untuk perang ahzab saja), padahal Rasulullah sudah sangat mengenal kemewahan istana raja-raja Negara sekelilingnya, karena Beliau punya pengalaman berdagang. Ternyata Beliau tidak menjadi silau terus ikut-ikutan latah ingin seperti orang-orang. Lalu dimana aktivitas kenegaraan dilakukan? Mengingat beliau sebagai kepala Negara. Jawabannya ya di masjid.

Ketika Indonesia sedang terpuruk, Hutang lagi numpuk, rakyat banyak yang mulai ngamuk, Negara sedang kere, banyak yang antri beras, minyak tanah, minyak goreng dll. Maka harga diri kita tidak bisa diangkat dengan medali emas turnamen olah raga, sewa pemain asing, banyak ceremonial yang gonta-ganti baju seragam, baju dinas, merek mobil, proyek mercusuar, dll, dsb, dst

Akhirnya penyakit norak ini menjadi wabah yang sangat mengerikan dari atas sampai bawah :
- Orang bisa antri Raskin sambil pegang hp
- Pelajar bisa nunggak SPP sambil merokok
- Orang tua lupa siapkan SPP, karena terpakai untk beli tv dan kulkas
- Orang bule mabuk krn kelebihan uang, orang kampung mabuk beli minuman patungan
- Pengemis bisa pake walkman sambil goyang kepala
- Para Pengungsi bisa berjoged dalam tendanya
- Orang beli Gelar akademis di ruko-ruko tanpa kuliah
-Ijazah S3 luar negeri bisa di beli di sebuah rumah petak gang sempit
- Kelihatannya orang sibuk ternyata masih sering keluar masuk Mc Donald
- Kelihatan seperti aktivis tapi habis waktu untuk mencetin hp
- 62 tahun merdeka, lomba-lombanya masih makan kerupuk saja
- Agar kampanye menang harus berani sewa bokong-bokong bahenol ngebor
- Agar masyarakat cerdas maka sajikan lagu
goyang dombret dan wakuncar
- Agar bisa disebut terbuka maka harus bisa buka-bukaan

Yang lebih mengerikan lagi adalah supaya kita tidak terlihat kere, maka harus bisa tampil keren. Makin kiamatlah kalo si kere tidak tahu dirinya kere. :c

*diambil dari sebuah topik di satu milis yg saya ikuti*

6 komentar:

ary mengatakan...

betul bener si ibu ini. Perlu dijepangnisasiskan sedikit rupanya Indonesia kita ini yah. Di jepun itu laku banget kalo jualan sepeda, gak perlu pake Merci tuk jemput anak skolah, cukup genjot kendaraan beroda 2 ini.

Anonim mengatakan...

Masalahnya di Indonesia polusinya serem banget... naik sepeda yang ada kita bukan sehat malah kena penyakit saluran pernafasan.

Herannya memang di Indonesia yang katanya negaranya sedang dilanda krisis... tapi rakyatnya malah lebih konsumtif dibandingkan negara2 maju.

Anonim mengatakan...

begh!!
nancep bgt nih postingannyah!....

tp emang bener ironis yah..
2 sisi yg bertolak belakang..
hanya krn ndeso ituh.. ;)

Ummu Aisyah mengatakan...

di Denmark juga sepeda banyak banget digunakan...terus juga kita terbiasa jalan kaki..tp susah juga klo diterapkan di Indo..spt jalan kaki...pengguna jalan sudah banyak dan macet blum polusi...

Mike.... mengatakan...

di negara ini memang jd korban teknologi negara maju.status sosial dilihat dari kendaraan,baju yg dipakai,rumah,dll..
sedih juga dipimpin oleh pemimpin2 yg bobrok gni,,,kaya,terhormat di negeri sendiri,tapi kelihatan ndeso di negeri orang...

ika rahutami mengatakan...

heheee... tis... sebel ya liat fenomena kayak gini

Posting Komentar

Tulislah komentar, walau hanya satu kata....
^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Followers

©2009 Tisti Rabbani | by TRB