Loading...

Kamis, Maret 25, 2010

.....Patah......



Dia menatap gundukan makam itu dalam hening. Tanah basah yang terguyur hujan sepanjang malam kemarin penuh dengan tebaran bunga mawar dan melati. Udara panas menyengat pagi menjelang siang itu. Tapi tetap saja terasa dingin... mencekik paru-paru, namun tak membuatnya beranjak lalu. Matanya basah tapi bahunya tak bersedu sedan. Kaku yang merindu. Merindukan sesuatu yang tidak bisa ia jangkau kembali.

“Bu, maaf jika aku tak pernah bisa memenuhi janji itu..” dia bermonolog dalam hati di depan makam.

Dipejamkan paksa matanya yang panas untuk memeras air mata terakhir yang bisa ia hempaskan. Matahari makin menghujam, hingga bulir2 keringat meretas, membasahi serat-serat kerudung, menembus masuk ke kepala, ke otak, lalu ke jantungnya.
Di dada, terasa pahit, namun melegakan. Setidaknya dia merasa punya alasan untuk datang kembali ke tempat ini.

Sepenggalan waktu berlalu. Dia akhirnya beranjak pergi memunggungi gundukan tanah basah yang kembali sepi.

Dia tak kuasa mengingat kembali semuanya, saat beberapa bulan lalu, perempuan tua itu, menatapnya untuk yang terakhir kali, lalu bertanya dan memaksanya berjanji.
"Nanti...kalau Rashif sunat....disini aja ya..Ibu pengin liat Rashif sunatan disini"

Buliran bening berhamburan di pelupuk matanya. Pandangannya buram tertutup airmata.

Ibu.....
Satu kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.

Ibu... adalah segalanya. ibu adalah penegas kita dikala lara, impian kita dalam resah, rujukan kita di kala nista.
Ibu... adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi.
Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.

Terbayang juga pendaran wajah tua itu, kala tertawa, saat berjalan tertatih2 dengan kaki yang mulai ringkih akibat penyakit diabetes yang di deritanya.
Sempatkah dia berucap maaf untuk yang terakhir kalinya kepada perempuan mulia yang melahirkannya? Sempatkah dia sentuh mata hitamnya yang tiada terlupakan? Sempatkah dia ungkap segala cinta di sepanjang hidupnya hingga dia pun telah menjadi seorang ibu?

Semua pertanyaan itu terbungkus dalam satu flash yang melintas dan menjepit syaraf-syaraf di otak dia hanya dalam hitungan, well... mungkin, millisecond. Hanya pertanyaan yang tanpa jawaban. Kosong menghampar pada nanar pandangannya, juga...mungkin hatinya...saat itu.

Sebenarnya, mana yang lebih kita takuti dari kematian: kehilangan apa-apa yang kita miliki sekarang, atau ketidaktahuan kita pada apa yang akan kita hadapi setelahnya? tidak, dia tak mau bertanya ataupun menjawab, dia telah menerimanya....dengan ihklas. Menerima untuk merasa tak memiliki siapa-siapa dan tak dimiliki siapa-siapa, berwujud pasrah, sebuah perasaan dengan titik terendah.

Lalu...Doa-doa pun didaraskan oleh semua orang yang menyayangi beliau membaluri seluruh jiwa dan raga yang seakan patah....


Ya Rabbi...
jagalah ibuku selalu...,
cintailah ibuku melebihi cintanya padaku
hadirkan selalu keridhaanMu, sebagaimana ibuku selalu menghadirkan kebahagiaan dalam relung jiwaku.
tuntunlah ibuku menapaki jalan surgaMu, sebagaimana ia selalu menuntunku tuk semakin mengenalMu.
dan baikkanlah akhir hayatnya, melebihi baiknya kemuliaan ahlak yang ia ajarkan padaku.
READ MORE - .....Patah......

Selasa, November 17, 2009

Ketika Inspirasi Pergi


Close the door. Write with no one looking over your shoulder. Don't try to figure out what other people want to hear from you; figure out what you have to say. It's the one and only thing you have to offer. -Barbara Kingsolver-


Aku jadi teringat, Imam Ali menegaskan agar kita mengikat ilmu dengan menuliskannya. Karena itu, menulis merupakan kegiatan hidup yang amat bernilai tinggi dan mulia. Sebab dengan menulis, hidup kita akan terasa lebih berarti.


Bagaimana nggak berarti? untuk menulis dengan baik, kita memerlukan kemampuan untuk bisa menambahkan ’a more valueinto the life itself lalu nggak lupa menganalisa bagaimana awal terjadinya, bagaimana pola frekuensi kejadiannya, garis merah/hikmah apa yang bisa kita ambil dari sana dsb dsb.


Tanpa kita sadari, menulis (selain berbuah bacaan yang sukur-sukur menginspirasi orang lain) akan menimbulkan sebuah sensasi tersendiri yang membangkitkan kesadaran diri, juga keberanian berfikir yang dapat menajamkan intuisi serta memberi ruang (seizing the gap) untuk mengasah ketinggian jiwa kita.


Maka menuliskan kebermaknaan hidup, bagi saya, menjadi hal utama sebelum kita nantinya nggak mampu lagi menjalani hari sama sekali (baca: mati!). Yeah walaupun sedikit, hidup setidaknya harus memiliki nilai dan arti, at least buat diri sendiri.


Lagian nyenengin juga kalee, kalo ada stranger yang baca tulisan kita, dan pada akhirnya (dengan ikhlasnya) bilang: "Tulisanmu memang benar2 hell crazy but it's so damn right. Tertutur jelas dan dekat dengan kenyataan. Menginspirasiku". Hohoho bisa mati kenarsisan kita!


Well pokoknya, saat kau melihat sesuatu yang tidak biasa dan tidak puas hanya dengan melihatnya. Kau harus menulis tentang hal itu. Lagipula ada pepatah yang bilang, ”Semua akan sirna, hilang, kecuali yang ditulis”. Bagi saya, menulis adalah sesuatu hal yang indah (beauty) and beauty is really worth preserving.



ah, inspirasi ...sudah terlalu lama kau pergi..

lalu, diksi... merinaikah bersama sepi...?

READ MORE - Ketika Inspirasi Pergi

Senin, November 02, 2009

Tidur Tengkurep


Akhir-akhir ini aku lagi punya hobi aneh.."tidur tengkurep.." Padahal dulu, tahun2 yang lalu, mana betah aku tidur tengkurep.. Tengkurep... adalah posisi paling tidak nyaman buat ku, tapsekarang?? terasa nyamaaaaaan banget..

Hidup itu emang aneh..

Apa yang sebelumnya kita anggep nggak mungkin,
tiba-tiba jadi mungkin. Apa yang sebelumnya kita gambar di
lukisan imajinasi kita,
tiba-tiba hasil nyatanya jadi beda banget..

Well.. perubahan itu terjadi bisa jadi karena hidup manusia itu berstruktur..

Jadi, kalo kita mengalami stagnasi secara berlebih..
atau at least menemukan sistem yang berdiri terlalu
absolut dan nggak harmonis, bisa jadi sistem semesta bakal automatic ngubah itu semua..

Awkward..
Bizzare..
Outstanding..
Alias aneh..

Tapi menurut ku.... disitulah letak keadilan.. Terkesan asing dan nggak penting memang..
but it did happen to me!!

Aku rasa bukan semesta yang ngerubah semua itu in hell automatic, tapi kayaknya.. emang udah diatur kayak gitu…

Tuhan memang tahu yang terbaik buat kita semua.. Dan itu semua karena dasarnya kita manusia memiliki pengetahuan yang sangat terbatas di bandingkan dengan ilmuNYA....

Kita terlalu banyak nggak ngerti dibanding ngertinya..
Tapi Tuhan Maha Pengampun....
Dia yang Maha
sempurna, Maha mengetahui segalanya..

Semisalnya aja dulu..
Aku gila pengen jadi Dokter.
Eh, malah dikasihnya jadi Arsitek.
Yang jaman aku SMA, jadi suatu hal yang nggak terbayang dalam pikiranku...**mau bilang...., nilai senirupa gambarnya jelek**

Dulu, pengen banget bekerja di salah satu gedung tinggi, memakai setelan blazer dan sepatu highheels.

Eh, sekarang....cukup kerja di rumah, depan komputer, utak atik 3Dmaxs, Autocad dan Archicad masih pake daster....( catat : daster!!).., malah kadang2 belom mandi... (-_-)

Padahal sekarang.. jelas kenyataannya beda.. hidup ku aman, ayem. Ini bukan masalah uang atau materi yang aku dapet.. Bukan...


Ini masalah, bagaimana aku enjoy di dunia ku ini sekarang, aku ngerasa pas banget… Aku ngerasa.. semua.. sekarang.. cocok aja sama hati ku..

Walau pertama kalinya nggak sejalan sama keinginanku, saat ini aku bener-bener bersyukur bisa exist di bidang yang aku tekunin sekarang..

Coz aku tau, banyak temen aku yang nggak enjoy sama kerjaannya..
yang nggak puas, coz
effort and achivement yang mereka dapet, nggak balance..

Aku jadi mikir.. kira-kira apa hikmahnya tidur tengkurep ya?

Mungkin hanya Tuhan yang tau.. dan aku juga nantinya sih pasti tau, asal aku bersabar dengan waktu..

Mungkin.....dengan tidur tengkurep... aku bisa jadi wanita yang lebih kuat....

Hahaha.. Jaka sembung naek ojek dong… (Gak nyambung dooong...)

Who knows then?
We can only see after..


Maha besar Tuhan yang tidak bersedia memberikan kepada makhluk-Nya cara-cara untuk mendapatkan pengetahuan tentang-Nya kecuali lewat ketidakmampuan untuk mencapai pengetahuan tentang-Nya


*Untuk seorang teman, yang memiliki segala tapi tidak cukup puas dengan hidupnya*

READ MORE - Tidur Tengkurep

Sabtu, Oktober 31, 2009

My Little Man....

Poros waktu terus berputar tanpa mampu aku kendalikan.

Betapa waktu bisa terbang demikian cepat.

Mungkin, lebih baik, kali ini sejenak melihat jejak yang tertinggal

Tak usah cemas dulu mengira ngira langkah selanjutnya

Ah, apa yang kuharapkan hari ini dan dihari-hari selanjutnya?

Sebab kau memberiku alasan untuk melewati satu hari lagi dalam hidup

Tawa dan senyum yang kau hadirkan menghangatkan hati dan jiwa

Tak ada emas di dunia ini yang mampu menandingi cintaku padamu

Atau, barangkali memang aku sudah buta, tak melihat apapun selain cintamu

Mungkin juga, itu adalah caramu mencintaiku di jalan kecil itu



Lalu, dengan nanar ku berharap;

Kehidupan kan berpihak kepadamu

Kebahagiaan senantiasa menyambangimu

Kebijaksanaan yang kutanamkan akan terpaut langkahmu dalam membeda antara benar atau salah

Semoga Allah senantiasa merangkulkan kepadamu sebuah keridhaan dan keikhlasan

Selempangkan selalu tinta emas bernama istiqomah disetiap langkahmu



Dan bila suatu saat hari itu tiba, kau berjalan di jalanmu sendiri

Aku akan selalu disini, berdiri menatap di kejauhan

Meyakinkanmu bahwa kau tidak pernah sendiri

Menahanmu setiap kau lunglai terjatuh, memegang tanganmu dan membantumu berdiri tegak

Tak perduli, seberapa jauh terpisah, aku akan selalu berada dihatimu

Jalan apapun yang kau lalui, ingatlah betapa aku selalu mencintaimu

Dengan air mata kebanggaan dan kebahagiaan yang menyesapi tiap rongga hati

Suatu hari nanti lelaki kecilku akan menjadi laki laki dewasa...



* mom always love you, my little man.....




Yogyakarta, 31 Oktober 2009
Selamat Ulang Tahun ke 8 th untuk Lelaki Kecilku,
Muhammad Khansa Rashif Wastu Rabbani
READ MORE - My Little Man....

Rabu, Oktober 28, 2009

Harta, Tahta dan Neraka


Hantaran cahaya lemah milik rumah-rumah penduduk dan villa-villa tua di bawah sana menyapa sendu seolah-olah rindu. Angin dingin musim kemarau yang lumayan sinis ... mengiris, tanpa permisi lewat ke wajah, pelupuk mata lalu ke tengkuk belakang tanpa harus berucap sayang.


Cangkir kopi ini masih aku pegang tanpa niat. Aku mulai lupa bagaimana rasa kopi ini, karena setengah jam yang lalu aku sengaja biarkan aromanya berlomba ke angkasa.


Tempat ku berdiri disini sunyi, sesunyi hati yang sedang merimis. Kabut nampak mulai turun perlahan kemudian tiba tiba menebal, menghilangkan jarak pandangku pada lampu yang berkedip sayu di deretan rumah penduduk di daerah sebelah utara kota Jogjakarta.


Kadang aku berpikir, apa jadinya aku tanpa hari ini? Apa jadinya aku tanpa bulatan cinta penuh disetiap seduhan kopi yang sedari tadi enggan aku cicipi? Ah it doesn’t matter. Aku tetap orang yang sama. Nggak ada yang beda. Seberapapun cepatnya waktu berlari, aku masih ada disini.


Beberapa waktu lalu ada seorang kawan lama (sebut saja Sarah) ber-say hi lewat media chat di FB. Dia berkata, “Emmm...hidup loe masih gitu2 aja...”. Setelah sebelumnya bertanya kabar tentang diriku, dan kujawab pertanyaannya dengan cerita (yang menurutku) manis tentang suami dan anak-anakku serta kesibukanku sehari hari.


Well, entahlah, tapi perkataan sederhana itu mengusik sekali. Hm.. seperti apa ya? Sampai-sampai aku harus memikirkan beribu kali tentang perihal bagaimana dia bisa berkata hal nista kayak gitu.


Kata mas Emha Ainun Najib: ada kesombongan orang berkuasa, ada kesombongan orang kaya, ada kesombongan orang pandai juga ada kesombongan orang saleh. Nah mungkin masalah tadi bisa jadi salah satunya.


Seperti ada justifikasi inklusif bahwasanya jika semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin menumbuhkan perasaan lebih unggul dan lebih tinggi derajatnya sebagai manusia.


Dari situ kita semua dapat menilai bahwa pendidikan menjadi sama sekali nggak punya dasar atau memiliki efek terhadap nilai kedewasaan sosial, kerendahan hati kemanusiaan, kematangan jiwa atau demokrasi kebudayaan.


Sebenarnya jika ditelaah lebih dalam, semakin hina dan rendah jiwa seseorang, maka akan semakin tinggilah kebutuhan mereka untuk memperhinakan sesamanya. ( Katanya sih, secara psikologis memang demikian formula survival kejiwaannya ). Amit-amit (lantas ketok-ketok meja).


Tapi, aneh....dalam kondisi yang luar biasa asem bin kecut hatiku gini, entahlah, aku malah menemukan suatu kelegaan tersendiri. Aku makin merasa berjalan ke arah titik terang dalam mencari some way out to chase a freedom to liberate my self. (wuuih!..bosone..)


Yaaa… tapi kan nggak dalam waktu sedetik “Ting!” lantas aku bisa secara otomatis beradaptasi dengan demikian cepat. Freedom isn’t free it self! you have to work hard to free your freedom.


Dan untuk mencapai kebesaran diri sendiri, mulailah dari tempat dimana kita berada sekarang, gunakan apa yang kita punya, dan lakukan apa yang kita bisa.


Outputnya jangan hanya SDM yang cuma bisa tanya ke temannya:
"Woy... mobil loe apa sekarang?!”
"Rumah loe di estate/cluster mana?”
"Loe keluar negeri dah kemana aja?”


Kembali teringat, bahwa kata ”berbakti” ( atau bahasa jawanya BEKTI ) pada saat sekarang memang sudah punah. Dipunahkan oleh kata dignity, harga diri....serta, harta, tahta, dan neraka.



* Ampunilah dosa kami, ya Tuhanku....

READ MORE - Harta, Tahta dan Neraka

Senin, Oktober 26, 2009

...a sweet moment...just like strawberry...



Strawberry,
meruar memoriku tentangmu;
ketika menapaki kebun strawberry
warna merah bersembunyi di bawah hijau daun,

aroma manismu meyesakkan rongga hidung
saat ku membungkuk untuk meraihmu,
begitu menggoda..

aku memilih satu,
dan lagi,
dan lagi,
tak terhitung....

menikmatimu perlahan diantara matahari-hangat nan lembut,
jus merah berjatuhan dibawah daguku

ketika aku berdiri di kebun,
dengan mata yang terpejam,
menikmati kebaikan alam
yang tersedia untukku...

musim ini manis
semanis lagu Strawberry Swing yang dibawa angin
harumnya seperti mawar mekar pada musim semi

lalu kita duduk
saat sore menjelang
sambil mencelupkan strawberry ke dalam coklat leleh
bertatapan penuh mesra...
manis di udara dalam pelukanku
let me love you ...

ah, a sweet moment ....just like strawberry...


* Thnks, Fanny Sang Cerpenis... for this beautiful and sweet Award...
as always, you bring a sweet moment....
READ MORE - ...a sweet moment...just like strawberry...

Sabtu, Oktober 24, 2009

Guru Kehidupan


Di siang yang panas dalam bus Trans Jogja.....

Ada seorang bapak naik dari halte Malioboro. Dia mengenakan topi dan baju lecek basah oleh keringat disekujur tubuhnya. Sepatu yang dikenakannya terlihat bolong pada bagian depannya.
Di tangan kiri si bapak ada buku mewarnai bergambar anak laki-laki berpeci dan anak perempuan berjilbab. Karena bus penuh penumpang (maklum hari libur), bapak tadi cuma berdiri sambil memegang sepeda mini yang kelihatannya sih, menurut aku nggak baru lagi. Tapi seluruh body sang sepeda ditutupi plastik. Semua orang di sekeliling si bapak tadi menggerutu. Kurang lebih gara-gara sepeda si bapak makan tempat dalam bus - yang penuh sesak dan berjalan lambat itu - pastinya.

But it doesn't matter, si bapak terlalu memperhatikan sepeda mini itu, sambil berulang kali mengelap- ngelap (mungkin) debu yang menempel di plastik sepeda mini itu.

Batinku, betapa cintanya bapak itu dengan anaknya. Berpeluh, berdesakan, pulang membawa hadiah untuk anaknya. Berharap menerima lengkingan kegembiraan dari mulut mungil anaknya saat mereka mendapati bapaknya membawa kado spesial yang barangkali, buat orang kebanyakan, tak seberapa itu.

Ah, aku jadi senyum-senyum sendiri membayangkannya. Teringat dulu, ketika bapakku melakukan hal serupa dengan bapak tadi. Membelikanku sebuah sepeda, sepeda balap lagi!. Soalnya aku inget, bapakku belingsatan nyari-nyari sepeda balap warna hijau (warnanya harus ijo, request maksa dariku) di toko-toko di sekitar Glodok. Gara-garanya aku ngancem gak mau makan kalau gak dibelikan sepeda balap, sepeda balap yang harus warna hijau ( padahal kan nggak mungkin juga aku mampu mogok makan :p )

Ketika aku SMA dan mendadak ada acara kerohanian di sekolah dimana pesertanya harus memakai baju muslim (mengenakan jilbab), bapakku tunggang langgang cari jilbab di pasar Tanah Abang sendirian saja, demi diriku yang malu pergi ke acara tsb bila tidak pakai jilbab. ( Ya Allah lapangkanlah kuburan beliau...)

Seingetku dulu kata kakak-kakak dan saudara-saudara yang lain, bapak pasti nyerah dan mau saja nurutin permintaanku yang (asli) sok najong dan nggak banget ituh, hahaha....Wah, betapa laki-laki mampu berubah secara demikian significant demi cintanya kepada anak-anak mereka.
(terangkanlah kuburannya, Ya Allah yang Maha Pengampun...)

Tapi ntar dulu... Gak berapa lama, setelah diriku senyam-senyum sendiri, aku terusik. Aku mendengar mas-mas ganteng (necis dan trendy plus wangi itu) yang berdiri di sebelahku bilang, "Bapak itu nggak sadar banget sih kalo dia menganggu ketertiban umum??Ini kan bus AC", sambil akhirnya melengos. Aku, sambil menampakkan muka yang manis banget (baca: geregetan) , ngelirik ke mas-mas ganteng tadi, sambil mbatin.."Ya, Allah...please not again..."

Entahlah, aku selalu bertemu orang-orang yang seolah mereka sepenuhnya ainul yaqin jika mereka fully-equipt, well-educated, untouchable, dari kasta mulia, serta tau dan mengerti betul secara detail tentang segala aturan kemanusiaan.

Audzubillahiminassyaiton, lirihku. Benar kata guru ngajiku, jangan membayangkan setan itu dimana, bayangkan raimu dhewe (artinya: mukamu sendiri), karena syaithon adalah akibat dari prana/energi negatif yang kita ciptakan sendiri, yang membangkitkan proses sosial destruktif baik secara fisik ataupun secara kejiwaan.

Lantas, setelah itu, berputar-putarlah pertanyaan yang ingin sekali aku tempelkan di jidat mas-mas ganteng yang wangi tadi, " Hey!! Menurut loh, apakah kesopanan seseorang, kenecisan penampilan seseorang, identik dengan realitas moralnya???". Namun, kata-kata indah yang hampir saja keluar dari mulutku, hanya mampu sampai ke hati saja.
Muke gile!. Ternyata mas-mas ini masih bermasalah dengan tampilan luar seseorang. Hmm..masih sakit mentalnya.

Seseorang, supaya mulia dimata masyarakat, harusnya terus menimba ilmu lewat perilaku. Melakukan 'tapa prihatin' dengan tujuan mencapai keperkasaan, mengurangi makan dan tidur. Lalu, kita juga dapat melatih bathin agar mampu menangkap kepekaan serta tanda-tanda di sekitar kita, agar kita jangan hanya mampu untuk sekedar menjalani hidup secara kaku, melainkan mampu "hidup" luwes.

Seorang kawan, sebut saja om Jabrik, kemarin bilang padaku, "aku ingin menjadi bodoh dan bebal, karena makin sedikit aku tahu...aku akan makin bahagia".

Analoginya, bisa jadi seperti anak kecil yang selalu bahagia-bahagia saja, pergi main, berlari-lari, belajar menggambar yang disukai, jikapun akhirnya capek, dia lalu akan minum susu sebelum akhirnya tertidur. Dan seterusnya: mengalami pengulangan yang serupa.

Aku sebetulnya agak tergelitik dengan pernyataan si om yang jabrik tadi. Sejauh yang kukira, tidak harus berhenti pada kerelaan--kerelaan untuk menjadi sedikit tahu (tidak paham) terhadap hidup agar menjadi bahagia.

Ada sesuatu yang lain, yang dapat membuat kita lebih bahagia jika kita bersikeras untuk tahu dan memahami aliran hidup. Well, nggak harus 100% paham, aku yakin 10% pahampun sudah cukup.

Yah, sederhana saja, seperti saat kita memahami kerelaan sang bapak tadi, memanggul-manggul sepeda di siang yang terik demi kecintaannya terhadap anak. Jika saja mas-mas ganteng tadi merasakan keindahan-keindahan itu. Hmm....

Padahal, menurut riwayat, Nabi Khaidir - Sang guru kehidupan, hadir kepadamu dengan suatu jenis performance yang kau benci, kau usir, yang kau tolak tadahan tangannya. Hmm, gimana mau dapat ilmu tentang kehidupan kalau mentalnya masih retarded begitu? (pahami dong, wahai mas-mas berwajah ganteng).

Semoga Kau limpahi rahmat kepada para lelaki yang mencintai keluarga dan anak-anak mereka dengan seluruh jiwa dan raga yang mereka punya, wahai Tuhanku Yang Maha memuliakan orang-orang yang Engkau kehendaki.

READ MORE - Guru Kehidupan

Rabu, Oktober 21, 2009

Peer dari Sinta si Penikmat Buku


Dapat peer dari Sinta.
Peernya ada hubungannya dengan judul buku yang pernah kita baca dgn pertanyaan yang harus kita jawab. . . Mudah2an belum basi ya, Sin...secara ini peer kamu kasih sebelum lebaran kemaren...hehehe, (pizz yaow, Sinta!..)
Lumayan juga, nih peer, bikin aku ngobarik ngabrik buku2ku yang ada di rak dan dikardus, cari2 judul buku yang sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. ( >.<) Tapi seterusnya sih, fun tentunya hehehe.... Dan pertanyaannya adalah...


1. Describe yourself : Master of The Game / Sidney Sheldon ( hahaha.....paling enggak jadi master di 'game of life' diri sendiri... )

2. How do you feel : Feeling Good: The New Mood Therapy / David D. Burns ( *_*)

3. Describe where you currently live : Gunung Jiwa / Gao Xingjian (terobsesi pengen punya rumah depannya pemandangan gunung terhampar jelas....) (-.-)

4. If you could go anywhere, where would you go : Lost Horizon: A Novel/ James Hilton ( I just love places that are so well imagened by this novel...)

5. Your favorite form of transportation :
Riding the Iron Rooster / Paul Theroux
( moda transportasi favorit....kereta api! )

6. Your best friend is :Bright Shiny Morning / James Frey ( suasana pagi selalu jadi teman setia...)

7. You and your friends are : Metro Girl / Janet Evanovich ( ..maksutnyah.."metromini girl", dulu kalau berangkat/pulang sekolah selalu naik metromini bareng sahabatku, jd sekali lagi ini cuma cocokin judulnya aja..hehehe....) (@-@)


8. What's the weather like :Rain of Gold / Viktor Villasenor ( suka sekali musim hujan, walaupun buku ini tdk menceritakan ttg hujan sama sekali...cuma nyocokin judulnya ajah...)


9. You fear : The Dark Tower / Stephen King (paling takut sama gelap, apalagi kalau malam2 mati lampu...hiii...)


10. What is the best advice you have to give : Believe in Love / Elza Shinfeld ( abiss...setiap dicurhatin temen, masalahnya gak jauh2 dari cinta sih ....hehehe..)


11. Thought for the day : Bahagia Tanpa Menunggu Kaya / Awang Surya ( meyakinkan diri bahwa materi bukanlah segalanya utk membuat bahagia...)


12. How would I like to die : Menuju Rumah Cinta-Mu / Yudhi Herwibowo ( Insya Allah, amiin...)


13. My soul's present condition : Pesan Indah Dari Makkah dan Madinah : 100 Kisah Seputar Kehidupan Empat Khalifah Bijak Tentang Cinta / Ahmad Rofi’ Usmani ( kisah para sahabat Nabi, ttg cinta, persahabatam, kemuliaan, kepemimpinan, kebijaksanaan dan jalan menuju surga)


Selesaii!!..
Peer selanjutnya adalah ngeberesin buku2 yang berantakannya minta ampun....
(>.<)
(sintaaaaa...bantuin doongg!...)

READ MORE - Peer dari Sinta si Penikmat Buku

Minggu, Oktober 18, 2009

Hiduplah Dengan Keberanian...


Malam kian menyerukan keheningannya, jam diatas kepalaku menunjukkan pukul 02.00 wib. Aku memandang lakilaki terkasih di sebelahku. Kebisuan diantara kami cukup lama terjalin. Lebih terasakan suasana prihatin, lebih kepada percakapan batin. Dia sibuk mengusap-usapkan wajahnya dengan lemas. Rasa cemas yang sedari tadi merantas di pikiran, tak aku perlihatkan. Aku berusaha untuk tetap tenang. Karena, kalau boleh jujur, nggak biasanya aku merasakan aura laki laki sebelahku sekelam ini.


"Kamu yang sabar ya, sayang...?". Lakilaki ini membuka percakapan. Mencoba lebih tegar untuk menguatkanku. Aku cuma tersenyum. Aku pandangi dirinya dengan perasaan penuh sesak. Antara bingung, senang, haru, ragu, entahlah...aku nggak sepasti itu untuk tau.


"Ya, namanya kan juga cobaan.." Aku tersenyum, berusaha menahan semua simpul getar di balik senyumanku itu. Menahan supaya air mata ini nggak berloncatan dan berhamburan keluar.


Dan aku sedih, sedih bukan karena ditinggal kawin, bukan juga karena lakilaki ini memberikan 'wacana' tentang poligami, tapi sedih karena untuk beberapa saat kemaren, rasanya banyak sekali hal di kehidupanku yang berubah secara drastis. Sepertinya aku merasa kalau aku nggak siap untuk menghadapi semua perubahan itu. Perubahan yang mungkin akan merubah kehidupan kami juga anak anakku. ( Allah, semoga tegar hati ini..)


Di kamar, ketika diri ini baru saja selesai mengadukan semua kesah pada Segala Pemilik Hak, entah kenapa tiba tiba, aku jadi teringat sebuah qoute di sebuah cover belakang suatu buku (lupa judulnya)...yang pernah aku pinjam dari teman...."Human always afraid of the unknwon".... (sesuatu yang kita nggak tahu pasti, apa dan bagaimana itu). Dan secara nggak sadar, kita selalu mencari konfirmasi atas ketidaktahuan itu. Kenapa? Ya..., untuk bersiap siap atas kemungkinan terburuklah. Karena kita (baca: aku) sebagai manusia normal, selalu nggak mau kedapetan hal jelek, must been always delightful things, no room for sorrow!


Kembali teringat kata kata dari seorang teman yang "Too Smart and Too Complicated" itu kemaren malam saat chatting via YM. Dia bilang bahwa keberanian yang dihasilkan ketika kamu dapat menghargai ketidakpastian. Trus, kalau kamu memiliki kepercayaan dalam kemustahilan komponen yang saling berhubungan ini tetap statis dan permanen, kamu akan menemukan diri mu, dalam arti yang sangat benar, bersiap untuk yang terburuk sementara memungkinkan untuk yang terbaik. (sejujurnya, walau omongannya too complicated bagiku, tp kyknya emang ada benarnya..)

Mungkin maksud temanku yang Too Smart itu gini ..., kamu nggak bakalan merasa takut akan apapun, jika kamu mampu mengerti bahwa semua itu memang sudah diatur. Dengan memahami jika ada sesuatu yang telah menunggu dibalik 'tikungan'. Bahwa no matter what, mau kita hindari atau nggak, sesuatu itu akan tetap disana, dibalik tikungan itu.

Dengan menerima, tanpa memperhitungkan atau mencoba menerka bahwa sesuatu kejadian itu bakal terjadi atau enggak, itu akan membuat mu memiliki suatu yang namanya 'pervasive awareness' atau kalau aku artikan secara bahasa ngasal : perasaan nyantai aja, coy... Sehingga kita mampu merasa 'biasa saja' terhadap apapun yang bakal terjadi dalam hidup ini, mau masalah nggak penting sampai masalah yang paling berat sekalipun. Why? Karena emang harus begitu kok. Bahasa Jermannya, "Yo wis, nrimo wae"....Jalanin aja, bro.


Aku inget- inget juga, dulu....Bapakku juga pernah bilang tentang hal serupa. Kalau nggak salah menyebutnya...perihal beriman kepada takdir.


Jadi, harusnya tidak ada alasan memiliki rasa takut untuk masa depan, karena kita mulai tahu, hal-hal yang tidak sepenuhnya di bawah kendali kita, so, tidak ada harapan untuk hal-hal yang sesuai dengan ketakutanmu.

Lalu apa kabar dengan “berusaha dan berikhtiar” dong?


Dalam memori otakku (diartikan: waras - semoga juga bijak), ini semua berkorelasi kok. Aku bisa kasih contoh cerita dari almarhum Bapakku tentang sebuah kisah.....kisah tentang si Mimin.

Ketika teman-temannya si Mimin bekerja dengan tujuan mencari gaji jutaan rupiah, Mimin begitu terhanyut dalam upayanya menghayati dan menjalani proses kerja sehari-hari dengan penuh nikmat dan rasa syukur, intinya Mimin percaya jika “sesuatu” telah menunggunya ditikungan situ. Perihal entah itu baik atau buruk, Mimin nggak perduli. Pokoknya Mimin pasrah aja, dijalaninya bait demi bait kehidupan dengan penuh rasa ikhlas sambil berserah diri serta menerima seburuk apapun takdir yang akan datang menyapanya.


Lalu ternyata, akibat kepasrahan dan kerja kerasnya, lama-lama, Mimin secara nggak sengaja punya gaji yang jauuuh diatas orang-orang kebanyakan. So? Mimin terpaksa kaya deh. Iya, T-E-R-P-A-K-S-A, karena niat awal Mimin sebenernya bukan untuk kaya.


Inilah wujud kerja keras yang dibumbui dengan keimanan dan kepasrahan.

Jadi memang perlu di tekankan bahwa kerja keras yang dilandasi dengan sikap PASRAH, lain dengan kerja keras karena ngangsa (emm..bahasa Indonesianya apa ya?? kok aku malah bingung mengartikannya..)

Kerja ngangsa dilandasi keinginan akan hasil besar secara kongkrit dibelakangan hari. Dengan kata lain, ada target. Yang kalau target tersebut tidak tercapai maka akan membuat kecewa.

Yah, semoga, dengan keberanian, aku akan menemukan diri menjadi bermartabat. Coz, kualitas ini adalah dasar untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan segala hal, membuat keluarga yang baik, dan menikmati cinta dan hubungan pribadi.


Tuhan memang Maha Pemberi Rahmat dan Kebaikan tiada tara.

Yaa Allah, Tuhanku, You Are so cool.




* Ijinkanku untuk mampu, wahai Tuhanku, Tuhan yang Maha memuliakan...


** Sungai yang diarungi dapat membuatmu kuat....

tapi sungai yang hanya kamu pandangi,

hanya akan melemahkan hati....



READ MORE - Hiduplah Dengan Keberanian...

Sabtu, Oktober 17, 2009

Hanya ingin memajang award.

Gak tau harus bilang apa, sebab award2 ini sudah sekian lama tersimpan dalam lemari di rumah ini. Mungkin karena jarang liat/tengok2 isi lemari jadi banyak award tersisa masih menunggu perhatian dari ku... Maaf buat teman2 yang telah sudi memberikan award2 cantik ini padaku karena terlalu lama tidak aku pajang award2 pemberian kalian semua. Terimah kasih tentu saja terucap dariku. Sungguh suatu kehormatan.



Award dari Buwel ( 23 Agustus 2009 )




Award dari Teh Anie ( 8 September 2009 )


Award dari Mbak Nura tgl 7 sep 2009 dan Newsoul 13 sept 2009



Award dari Trimatra ( 11 September 2009 )



Award dari Seti@wan Dirgantara









Photobucket




Keren2 kan.... :)
READ MORE - Hanya ingin memajang award.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Followers

©2009 Tisti Rabbani | by TRB