Selasa, April 28, 2009

Matahari Yang Pergi Dalam Gerimis

Aku melirik ponsel kelabu yang telah setia bersamaku selama 2 tahun ini. Tertera disana pesan singkat dari sahabat semasa kuliah, let's call her A. Mendadak angin sore yang silir semilir nggak mampu memalingkan aku dari derasnya rasa prihatin yang mendera saat ini.

Temen SMA ku yang sekarang bermukim di Australia, Rina pernah bilang : “The only thing you can do to a dissaster is acceptance”. Menurut saya, filosofi hidup yang kayak gini nggak maen-maen. Ah, atau lebih tepatnya, aku aja yang terlalu dodol, mengada-ada untuk menggali lebih dalam tentang arti sebuah “acceptance”, acceptance terhadap kesalahan ataupun kebenaran yang berlalu lalang didepan mata kita.

Memang pada dasarnya, salah dan benar itu bukan milik kita. Kita hanya meminjam sebuah kebenaran dari Sang Pencipta. Dan saat kita melakukan kesalahan, itu hanya sekedar pertanda bahwa kita terlalu jauh dari-Nya.

Aku kenal A bahkan jauh sebelum kami mengerti arti cinta dan laki-laki. Mungkin 20 tahun lalu. A pernah mengalami moment yang luar biasa berat, karena satu-satunya lelaki yang selalu memenuhi seluruh ruang mimpi dan bilik kenyataan hidupnya, melangsungkan pernikahan dengan wanita lain.

Well, sepertinya bagi ku, ini hanya kisah cinta biasa yang bisa aja terjadi dalam kehidupan setiap orang. Bukan hanya A, barangkali yang membaca postingan ini ada juga yang pernah mengalaminya. So there’s nothing special about it, right?.

Wrong...!

Selasar kampus, 1996...

"Eh Ty , tau ga? Kemarin aku naik ke tingkat atas kos ku ( tempat kosnya berlantai 4, dan paling atas adalah tempat menjemur pakaian anak2 kos ), kalo mao, aku bisa aja terjun bebas dari situ. Kamu tahu, setelah pernikahan Sam, really a knife in my heart". A menghisap rokoknya dalam-dalam.

"Tapi, itu sama aja aku memberi ruang kebenaran atas kesalahan yang dulu aku perbuat. Kamu tau, Ty? Ngga ada yang salah dalam kehidupan ini. Yang keliru adalah ketika kita menyikapi segala sesuatu dengan tidak memperhitungkan akibat dari pilihan sikap kita."

A menghela nafas.

"Waktu itu aku memilih untuk nggak memperjuangkan cintaku ke Sam. Karena, aku kira, dengan membiarkan semuanya mengalir, Sang waktu toh akan membuat Sam kembali ke aku. Ternyata, aku nggak nyangka, endingnya meleset sejauh ini."

A menutup perbincangan kami. Tanpa kata-kata pemanis, terasa dingin dan sadis.

A yang secantik dan seanggun Manohara Sang Dewi yang dipersunting Pangeran Kerajaan Kelantan, bisa saja menunjuk ataupun memilih secara acak a very high quality man dari segala penjuru jagad. Tapi entahlah, tampaknya memang harus ada orang-orang tertentu yang ditakdirkan memiliki kisah cinta yang complicated dan berujung tragis.

A selalu mencintai pria ini, seorang pria biasa, dengan kepintaran diatas rata-rata. Modal ketampanan pas-pasan dan postur yang slightly bersahaja. Ya, dia Sam. Waktu SMA adalah kali terakhir A bisa duduk berdua dengan Sam. Tertawa bahagia dibawah pohon akasia. Saat itu mereka tak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan cinta. Ya! hanya tertawa dan berbahagia dibawah pohon akasia. Bahkan mungkin, A terlalu sibuk menikmati setiap inci smiling curve dan mata bening Sam.

Bertahun-tahun selama aku mengenal A dan semua pacar-pacar perfecto-nya, tetaplah, selalu ada “Sam”. Kata orang, first love never die. Tapi, A selalu protes kalo aku bilang Sam itu first love dia.

A selalu bersikap tegar, dia tak ingin lagi menggali perasaan yang sudah begitu teguh untuk menjadikannya merapuh kembali. Tapi sering kali, aku menemukan A terpagut begitu lama, memandangi kerlip bintang.

Mungkin dia mencoba dengan sangat keras, untuk mengingat dan mencari smiling curve dan mata bening milik Sam disana, sambil sesekali berbisik lirih “I wanna kiss you underneath these stars..” Seolah A ingin malam menyampaikan lirih kerinduannya kepada Sam.

Kadang kala, A pergi menemui Sam; dua jam, dalam hening, memandangi layar bioskop yang A nggak ngerti isi cerita film yang diputar, karena terlalu sibuk menggali perasaan yang mengalir hangat dalam nadinya. Sibuk menghirup lamat udara beku yang juga dihirup Sam. Sibuk menyimpan tiap detik berharga bersama Sam dalam setiap laci hatinya.

Setelah pertemuannya dengan Sam, anehnya, A malah selalu tampak lelah, pancaran sendu matanya seolah berkata, “Ah, hidup memang berat ataukah aku yang tak cukup kuat?”.

Aku nggak nyangka ada makhluk macam A yang dapat menyelami arti mencintai lalu mampu memanggul beban cinta yang sebegitu beratnya dengan pasrah. Aku sendiri hingga saat ini, yakin, A nggak pernah menitikkan air mata barang setetespun atas pernikahan Sam. Walaupun pada kenyataannya, pernikahan Sam bagai racun mematikan yang meremas hatinya hingga luluh lantak.

Kehidupan bagi A tak lain adalah sebuah pengabdian, pengabdian kepada janji, pengabdian kepada keluarga, pengabdian kepada kerabat, pengabdian kepada kebenaran yang dipegang, pengabdian kepada kehidupan, pengabdian kepada sang pencipta. Juga.. pengabdian kepada cinta.

A paham, bahwa takdir Tuhan banyak diganjal oleh ‘takdir kuasa manusia’. Tapi A memutuskan untuk menggantungkan diri pada Tuhan saja. A bersedia menanggung derita cintanya, asalkan dia rasakan itu memang kehendak Tuhan.

Walau dengan hati hancur, aku tau, A berhasil lulus dalam ujian kesabaran yang dihadiahkan Tuhan kepadanya. A berhasil lolos dalam ujian “acceptance” yang diberikan kepadanya. Gimanapun, kekayaan diri adalah bukan apa yang dapat kita miliki, tetapi adalah bagaimana kita dapat menjadi apa adanya sebaik-baik diri kita. Dan jangan pernah lupa satu hal, Gusti Allah mboten sare.

Plus, Tuhan itu maha adil.

Ty!
Gimana kabarmu?
Kamu sehat di jogja?

Aku mau ngasih tau, aku mau nujuh bulanan minggu depan,
Si Indah udah nggak sabar pengen adiknya ini cepet brojol.
Cowok lho, Ty. Kamu pasti seneng banget.

Ty, aku mau menamainya Sam.

Love,
A

Yups! Tuhan itu adil. A telah menikah dengan seorang laki-laki, bukan Sam. A sangat mencintai laki-laki ini dan juga anak-anak mereka.

Tapi walaupun begitu, sepenggalan cintanya kepada Sam nggak pernah mati. Sepenggal cinta itulah yang disimpan A untuk Sam, mungkin A berharap, dikehidupan berikutnya, Sam adalah miliknya. Karena penerimaan itulah, A akhirnya melepaskan Sam.



26 komentar:

eri-communicator mengatakan...

ceritanya inspiratif semoga dapat dijadikam pembelajaran bagi kita semua.

tisti mengatakan...

bukan sekedar cerita, ini benar terjadi pd temanku... ;)

rana mengatakan...

jadi ikhlaskan saja cinta jika ia menghendaki lain, simpan saja dalam kenangan.
hargai saja dengan apa yang telah dimiliki, terangi dengan sepenuh cahaya yang hidup telah berikan padanya.

trimatra mengatakan...

A...dia telah memperoleh apa yang menjadi haknya. melepaskan cinta yang bukan menjadi haknya dengan mengharap keadilanNYA...sikap sabar yang tidak semua orang bisa melakukannya.

anak nelayan mengatakan...

membaca sambil dengerin lagunya enak bener

Ariesvio mengatakan...

Salam...Dari Si...Memori kali ya
SalamSukses

sofia mengatakan...

uwah salut tuh ma A. sabar banget dia nya :)

ari mengatakan...

GUSTI ALLAH MBOTEN SARE.
Sangat-sangat setuju, maka berbuatlah kebaikan sekecil apapun hingga orang di samping kitapun tak tahu akan kebaikan itu, Gusti Allah pasti tahu.
Pencerahan pagi hari, Thanks

laisya mengatakan...

Wah Mbak Tisti lagi nostalgila juga nih :D
Cinta yang sejati gak akan membuat kita sakit ya Mbak, karena justru cinta sejati harusnya kita tujukan pada-Nya yang berhak atas kita :)

Fanda mengatakan...

Mengetahui org yang kita cintai takkan pernah menjadi milik kita memang amat menyakitkan. Spt kata syair lagu2 jadul: bagai disayat sembilu, yg memang benar adanya. Namun, kalo kita meyakinkan diri kita bhw ini kehendak Tuhan, dan mengimani bhw kehendakNya selalu adalah yg terbaik bg kita, maka itu akan memberi kita kekuatan untuk accept (not forget, coz the more you try to forget, the more it will hurt you!). Anyway, benar jg pepatah: Time heals a broken heart. Serahkan saja pdNya dan sang waktu...
Thanks for sharing the lovely story, Tisti!

mocca_chi mengatakan...

ada yg pernah berkata, hidup itu kadang pedih, namun bagaimana caranya untuk tidak mrasakan kepedihan itu.

hiii.... waktu menjawab semuanya mungkin

newsoul mengatakan...

Good posting Mbak Tisti. Yep sebuah penerimaan, siapapun harus melakukan itu. Ujungnya adalah legowo dan bersyukur dengan apa yg ada. Apalgi kl yg akhirnya di dapat jauhhhhh lebih baik, hehe. Pengalaman teman anda, wl berbeda cerita dan versinya, mungkin jg banyk dialami org lain. Sy termasuk org yg tdk berhasil menikah dgn pacar yg dulu sy idamkan, menikahnya sm org lain. Tapi ada sejuta makna di dalamnya. Intinya, kita tdk akan pernah bs meraih apa yg tdk diperuntukkan utk kita. Sebaliknya, kt tdk bs menolak apa yg mmg diperuntukkan utk kita. Jadi, hehe, let's enjoy it. Saya hang out kesini demi meloihat juudl posting mbak yg menarik ini.

irma mengatakan...

Tulisan yg bagus mba.....kisah yang biasa tapi mba tisti bisa menceritakannya dgn begitu menarik.
Yup....pasti banyak kisah2 seperti diatas,Cinta seperti itu jg pernah kualami.
Keindahannya...entahlah apa indahnya? hanya sesekali bertemu di koridor sekolah,sesekali jalan untuk belajar bersama,tapi saat itu aku tahu...inilah cinta pertamaku...kenangan putih abuku ( SMA ) dan 12 tahun rentang waktu...tak juga mampu menghapusnya dari bingkai hatiku heheehe...gile...

NUlis trus y mbaa.....supaya kita bs terus share keindahan kata2.

inuel mengatakan...

banyak bahsa yang mengandung makna,sampe sampe aku susah mengartikannya (aku kan dudutz) mba tisti bener,,gusti allah mboten sare, dan cinta ngga selalu memiliki,
mba,aku masih bingung ni klo koment,,

attayaya mengatakan...

hmmmm kisah cinta sepanjang umur

fan mengatakan...

cinta pertama itu memang sulit dilupakan.

amalia mengatakan...

Cermin pengambilan sikap yang dewasa, tidak buta karena keputus asaan, tidak cengeng karena pengabdiannya tak terlihat... sepanggal cinta yang utuh tersimpan rapi dalam laci hatinya, tidak mengacak2 seluruh jiwanya... salamku pada temanmu... *tutur indah yang kau sampaikan mengena sampai maknannya tersampaikan*..

ana mengatakan...

Mbak, adakah sama cinta A kepada sam, dengan cinta A kepada suaminya (sepertinya sudah di jawab pada kalimat di atas... hihihi... Nyata banget yah mbak, kalau kita masih banyak memiliki ruang untu mencintai...

www.anazkia.blogspot.com

buwel mengatakan...

Cinta....oh....cinta..

suryaden mengatakan...

cinta pertama memang tidak bisa dilupakan, namun hal ini akan berkurang seiring berjalannya waktu, bahwa bagaimanapun juga cinta keluarga akan mengikis sedikit demi sedikit, melihat perkembangan buah hati sekaligus cinta yang disadari dan nyata dalam kehidupan sekarang, dan mereka adalah cermin bahkan bagian dari jati diri orangtuanya.

Cinta memang menghanyutkan, namun hanyut terlalu lama akan menyiksa dan membawa ke pencerahan diri yang mungkin akan dapat ditemukannya, semoga sahabat kita itu segera bangun dan menemukan cinta sejati, cinta sejati untuk dirinya sendiri dan bagian-bagiannya....

attayaya mengatakan...

siang ini aku berkunjung ke tempat mba, bole ya

vie_three mengatakan...

widihhhh panjangnyaaaaa.... aq koment dulu dech baru baca biar lebih afduol, whehehehehehehe

vie_three mengatakan...

owalah curahan hatinya mbak tisti tentang si temannya toh, cinta, love, cinta itu gak akan prnah padam ya mbak....

sendal paling keren mengatakan...

A .. A .. Akhirnya daku bisa ikut meramaikan dunia perkomengan di blog ini

dwina mengatakan...

mbak tisti duh temennya mbak tisti pasti sayang banget ama sam ya. mungkin dia nggak ngaku kalo sam cinta itu cinta pertamanya. tapi mungkin sam itu adalah cinta sejatinya dan hanya dia pemiliknya meskipun sam ngga tau

^3^ mengatakan...

waahh...coba inget seeorang jadinya...ihiks , salut buat A .

Posting Komentar

Tulislah komentar, walau hanya satu kata....
^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Followers

©2009 Tisti Rabbani | by TRB