Rabu, Juli 01, 2009

Memberi Tapi Tidak Mendidik

Coba deh kamu bayangin, gimana aku kaga mikir? Ternyata masih aja ada orang macem gini. Orang yang dengan sangat entengnya mampu ngasih tips 20 ribu ke doorman untuk ngebukain pintu, sementara diwaktu yang lain orang ini masih nawar kaos di pedagang kaki lima sampe abis-abisan, padahal kaos itu harganya cuma 35 ribu. Gila kan! Itu pedagang kaki lima yang ibaratnya banting tulang siang malem buat ngasih makan anak dan keluarganya gitu loh.

Well, aku tau, semua orang itu nggak sama. Tapi mbok ya’o. (sigh…)

Aku sangking herannya, ampe nanya ke temen satu kelompok arisan ku, dengan harapan, mungkin cuma orang tadi aja yang begitu, sedangkan orang laen, termasuk temen aku ini nggak mikir begitu.

"Kamu kalo ada orang minta-minta, kamu kasih duit nggak mbak?”. Temenku njawab “ya nggak lah, kebiasaan, duit tuh nyarinya pake keringet, pake kerja keras, enak aje”.

Lalu beberapa saat selanjutnya, aku tanya lagi, “kalo misalnya dia nggak ada kerjaan lain selain ngemis, kamu tetap nggak mau ngasih juga?”. Bisa ditebak, temen aku jawab “nggak lah!”.

Lalu beberapa menit setelah yang tadi, aku tanya lagi, “kalo misalnya dia bener-bener butuh, kamu masih nggak mau ngasih juga?”. Temen ku jawab “nggak”.

Gila! speechless deh.… Sama aja, man!

Kawan, jika kita ingin pintu rezeki atas kita terbuka, maka kita harus membuka pintu rezeki dahulu bagi orang lain. Itu pepatah paling kuno yang selalu aku pegang. Bagaimana kamu mau memuliakan dirimu sendiri, jika kamu belum mampu untuk ikhlas bersedekah demi memuliakan orang lain?

Waktu kapan hari, di suatu ceramah pada pengajian yang aku ikuti, seorang Ustad cerita, sebut saja ada dua orang bernama Amir dan Agus. Dua orang ini ketemu sama pengamen jalanan, masih anak-anak. Karena kasihan, Amir merogoh sakunya, tapi Agus menahan tangan Amir.

Agus : "Aduh Mir, Plis deh, jangan daaah dikasih duit anak kecil itu. Nggak mendidik tauk!"

Amir: " (menghela nafas sebel) Saya nggak bisa mendidik, bisanya ngasih!" Amir lantas memberikan uang kepada pengemis tadi, sembari melirik Agus, "Daripada ngasih enggak..., mendidik juga enggak!….".


23 komentar:

-3- mengatakan...

hooh...ngasih kagak ngedidik kagak , gw suka tuh mbak...

newsoul mengatakan...

Saya setuju kalimat terakhir, Amir lantas memberikan uang pada pengemis tadi, daripada ngasih nggak...., mendidik juga nggak. Pasti ada solusi yang lebih baik, mungkin perlu dibuat postingan lagi mbak Tisti. Selamat atas kemunculannya kembali mbak.

sofia mengatakan...

wah. ayat terakhir bikin gw terharu :)

ana mengatakan...

Sepertinya, sore tadi chating dengan mbak Tisiti, sambil mosting yah? Subhanallah...

Terasa banget kalimat terakhir mbak. Semoga saya mampu menjadi Amir. Insya Allah...

buwel mengatakan...

tadi sempet nggak percaya nama mbak nongol di dashboard...heheheheeh...
wellcomeback ya....
btw tentang postingannya setuju mbak......sekecil apapun kebaikan pasti ada ganjarannya.
dan siiip untuk kalimat terakhirnya..

Fanda mengatakan...

Sebelumnya, selamat kembali ke dunia blogger ya mbak! Keikhlasan, itulah yg sering kurang pada diri kita. Pemberian harusnya dilakukan dgn tulus, karena keinginan utk berbagi, keinginan utk berkorban. Nice post, mbak!

Btw, mo nanya..gimana cara mbak pake comment punya JS-Kit ini? Aku pernah nyoba, kok ga bisa dipasang ya?

Rana Rasuna mengatakan...

um... ada perbedaan menurut saya, antara memberi tips dengan memberi sedekah (terlebih kepada fakir miskin), dimana kita semua tahu tips diberikan sebagai ungkapan terimakasih sedangkan sedekah lebih kepada keikhlasan tuk berbagi dan termasuk bagian penting dari kesempurnaan ibadah kita.
melihat dari sisi itu mungkin alangkah bijaknya bila memberi tips (dalam konteks 'doorman') tidak perlu terlalu berlebihan, karena masih banyak kaum yang kurang beruntung (fakir miskin) di sekitar kita yang entah hari ini bisa makan atau tidak...

buwel mengatakan...

blog lengko dateng...heheheheheh

TRIMATRA mengatakan...

ada mbak2 lulusan kebidanan, dia sekarang bekerja di salah satu rumah sakit . gaji-nya setiap bulan dia belikan obat2tan, lalu dia membuka klinik pengobatan sederhana dirumahnya untuk membantu tetangga dan orang2 dusun dikampungnya bila ada yang sakit.

setiap sore...selalu saja ada yang memeriksakan ke kliniknya, namun si bidan ini tak pernah mengambil bayaran seperakpun pada setiap pasiennya.

itulah keihlasan....

reni mengatakan...

Memang sebagian orang masih suka perhitungan dalam memberikan bantuan pada orang lain. Aku sendiri sering mendengar komentar negatif kalau yang minta-2 anak-2, orang muda dan wanita-2 yg masih muda.
Kebanyakan kalau yg minta-2 orang-2 spt itu, banyak orang yg gak mau kasih. Sayangnya, udah gak mau kasih uang, tapi masih sempat-2nya mencela dengan berkata :"masih muda kok minta-2!"
Halah... udah gak dapat pahala, malah dapat dosa...

buwel mengatakan...

semoga kita bisa dermawan ya mbak...

ajieee mengatakan...

wah kotak komennya bagus sekali

ajieee mengatakan...

saya ikutan follow ya

wieda mengatakan...

yup memang orang punya pendapat sendiri2...buatku seh klo "seseorang" sampai minta duit ke aku...itu pasti langkahnya dituntun gitu..jadi klo aku punya yg harus ngasih. dan ngga boleh melihat "siapa" dia......pokoknya harus ikhlas.....

Hamster Copo mengatakan...

Waduuh masih ada spesies yang kayak gitu yang enggak mau lihat orang--orang dibawahnya..moga saja dia mendapatkan ganjaran yang setimpal..neng jangan ikutan kayak dia yaa??
Salam silaturahmi,,kapan--kapan mampir yaa

nietha mengatakan...

tapi nietha termasuk orang yang males ngasi pengemis lo, bukannya kejam, cuma ma pengemis yang sehat dan bisa berbuat lebih untuk hidupny

black_id mengatakan...

syeitan selalau menggunakan segala cara untuk menghalangi kita berbuat baik, termasuk dengan mempermainkan logika kita, sehingga kita diabuat ragu apakah kebaikan kita itu bermanfaat ataukah sia-sia. nice post mbak Tisti

tikno mengatakan...

Kalau pengemis tersebut badannya sehat, kuat, maka saya nggak mau kasih. Tapi yang punya kekurangan biasanya saya sering kasih uang.

Teman saya pernah mengatakan kalau para pengemis itu ada koordinatornya. Jadi pendapatan mereka dari mengemis sebagian besar disetor ke koordinator mereka (alias boss pengemis), jadi bukan pengemis itu sendiri yang menikmatinya.

ajieee mengatakan...

e saya udah mampir rupanya

azarre mengatakan...

Terlalu juga beli baju 35 rb masih nawar, ngasih tips doorman yang emang udah profesi nya 20 rb... Harus dia bisa memberi penjual baju itu sikap yang menyemangati untuk berusaha dari pada menunjukkan sikap royal pada doorman... Gman yah klo saya...???

Itik Bali mengatakan...

Mbak, memberi itu sangat mulia..
mendidik atau tidak gak usah dipikirin
kalo mau berbuat baik ya dilakukan
gak usah mikir panjang apa-apa

he..he nyambung gak komen saya??

oh ya mbak..FBnya apa sih??
add aku donk.. latsmi_yovani@yahoo.com

neilhoja mengatakan...

hem... kadang aku jg suka berpikir kek gitu, kenapa sih, mereka juga gak mo usaha? pernah denger di sbuah hadits, kalo Allah lebih menyukai hasil keringat sendiri daripada meminta2.. dan ini pun tersirat ataupun tersurat dalam banyak hadits dan ayat-ayat Nya.

but why?

anyway, aku suka alasan amir di atas...

*lain kali pengen ku tulis soal ini.. doain moga jadi, selalu lupa soalnya.. :D

Busana Muslim muslimmode mengatakan...

kondangan ke orang kaya nyumbang banyak(nguyahi segara)...begitu ke orang gak punya nyumbang seadanya..aku juga gak habis pikir...

Posting Komentar

Tulislah komentar, walau hanya satu kata....
^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Followers

©2009 Tisti Rabbani | by TRB