Rabu, Oktober 28, 2009

Harta, Tahta dan Neraka


Hantaran cahaya lemah milik rumah-rumah penduduk dan villa-villa tua di bawah sana menyapa sendu seolah-olah rindu. Angin dingin musim kemarau yang lumayan sinis ... mengiris, tanpa permisi lewat ke wajah, pelupuk mata lalu ke tengkuk belakang tanpa harus berucap sayang.


Cangkir kopi ini masih aku pegang tanpa niat. Aku mulai lupa bagaimana rasa kopi ini, karena setengah jam yang lalu aku sengaja biarkan aromanya berlomba ke angkasa.


Tempat ku berdiri disini sunyi, sesunyi hati yang sedang merimis. Kabut nampak mulai turun perlahan kemudian tiba tiba menebal, menghilangkan jarak pandangku pada lampu yang berkedip sayu di deretan rumah penduduk di daerah sebelah utara kota Jogjakarta.


Kadang aku berpikir, apa jadinya aku tanpa hari ini? Apa jadinya aku tanpa bulatan cinta penuh disetiap seduhan kopi yang sedari tadi enggan aku cicipi? Ah it doesn’t matter. Aku tetap orang yang sama. Nggak ada yang beda. Seberapapun cepatnya waktu berlari, aku masih ada disini.


Beberapa waktu lalu ada seorang kawan lama (sebut saja Sarah) ber-say hi lewat media chat di FB. Dia berkata, “Emmm...hidup loe masih gitu2 aja...”. Setelah sebelumnya bertanya kabar tentang diriku, dan kujawab pertanyaannya dengan cerita (yang menurutku) manis tentang suami dan anak-anakku serta kesibukanku sehari hari.


Well, entahlah, tapi perkataan sederhana itu mengusik sekali. Hm.. seperti apa ya? Sampai-sampai aku harus memikirkan beribu kali tentang perihal bagaimana dia bisa berkata hal nista kayak gitu.


Kata mas Emha Ainun Najib: ada kesombongan orang berkuasa, ada kesombongan orang kaya, ada kesombongan orang pandai juga ada kesombongan orang saleh. Nah mungkin masalah tadi bisa jadi salah satunya.


Seperti ada justifikasi inklusif bahwasanya jika semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin menumbuhkan perasaan lebih unggul dan lebih tinggi derajatnya sebagai manusia.


Dari situ kita semua dapat menilai bahwa pendidikan menjadi sama sekali nggak punya dasar atau memiliki efek terhadap nilai kedewasaan sosial, kerendahan hati kemanusiaan, kematangan jiwa atau demokrasi kebudayaan.


Sebenarnya jika ditelaah lebih dalam, semakin hina dan rendah jiwa seseorang, maka akan semakin tinggilah kebutuhan mereka untuk memperhinakan sesamanya. ( Katanya sih, secara psikologis memang demikian formula survival kejiwaannya ). Amit-amit (lantas ketok-ketok meja).


Tapi, aneh....dalam kondisi yang luar biasa asem bin kecut hatiku gini, entahlah, aku malah menemukan suatu kelegaan tersendiri. Aku makin merasa berjalan ke arah titik terang dalam mencari some way out to chase a freedom to liberate my self. (wuuih!..bosone..)


Yaaa… tapi kan nggak dalam waktu sedetik “Ting!” lantas aku bisa secara otomatis beradaptasi dengan demikian cepat. Freedom isn’t free it self! you have to work hard to free your freedom.


Dan untuk mencapai kebesaran diri sendiri, mulailah dari tempat dimana kita berada sekarang, gunakan apa yang kita punya, dan lakukan apa yang kita bisa.


Outputnya jangan hanya SDM yang cuma bisa tanya ke temannya:
"Woy... mobil loe apa sekarang?!”
"Rumah loe di estate/cluster mana?”
"Loe keluar negeri dah kemana aja?”


Kembali teringat, bahwa kata ”berbakti” ( atau bahasa jawanya BEKTI ) pada saat sekarang memang sudah punah. Dipunahkan oleh kata dignity, harga diri....serta, harta, tahta, dan neraka.



* Ampunilah dosa kami, ya Tuhanku....

60 komentar:

yans'dalamjeda' mengatakan...

Bukan tiba-tiba, saya merasakan ada yang pudar memang. Harta, tahta telah menjadi ukuran seberapa pantas ia layak untuk dihargai.

yans'dalamjeda' mengatakan...

Ada secangkir kopi juga di SINI sebagai teman sepi.

ivan kavalera mengatakan...

Harta, tahta , wanita...ketiga idiom ini memang benar adalah ikon di jaman sekarang. Seberapa mampu kita kita bisa mengendalikan diri dan tidak terperangkap menjadi budak dari ketiganya tergantung seberapa jeli perspektif dan niat masing2. Mantap, bunda.

ivan kavalera mengatakan...

Lalu harta, tahta, neraka sebagaimana istilahnya bunda adalah aplikasi dari idiom yang 3 ta itu.

namaku wendy mengatakan...

wis kalo mbak tisti bulatan, aku kotakan ae, isinya nasi tahu tempe goreng sama sambel terasi huehehe

namaku wendy mengatakan...

haduh punya mobil, punya rumah, pernah ke luar negeri tapi ndak punya hati, wis sama aja boong:p
lah aku gak punya mobil, ndak punya rumah, apalagi ke luar negeri tapi ndak sombong ki hehehe tapi aku punya keluarga yg sayang padaku;)

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

Setuju lagi ma mbak tisti.
Kita manusia, berlomba-lomba utk memenuhi 'pencapaian hidup'. Tapi terkadang lupa, dunia hanya sementara. Sudahkah kita menyiapkan bekal utk 'hidup' kita selanjutnya?

ellysuryani mengatakan...

Dunia kadang begitu melenakan sebagian orang ya mbak. Nice post.

TRIMATRA mengatakan...

orang disebut beruntung bukan dengan bertambahnya harta dan putra, tetapi dengan bertambahnya ilmu dan ahlaq serta pengabdian terhadapNYA.
Dan ingatlah, adakalanya yang sedikit itu lebih berkah dari yang banyak,,

nice post mbak,,

Sohra Rusdi mengatakan...

Ada masa ketika umur dunia tinggal sedikit ketika ummat Nabi Muhammad sudah cinta dunia dan takut mati remember dunia ini hanya persinggahan nice posting mbak

Unknown mengatakan...

hARta tahta memang udah bikin kita luput akan yang namnya kerendahan diri terhadap sang-Rabb

annie mengatakan...

kematangan dan kebesaran jiwa memang tidaklah berbanding lurus dengan tinggi rendahnya pendidikan sesorang, mbak. Keluhuran budi dan kekayaan jiwa lahir dari seberapa dekat ia dengan proses pendekatan tabin pada dirinya dan Sang Pencipta.
Terkadang pergulatan hidup yang menuhankan materi membuat kita alpa menata hati, ya.

Tulisan mbak semakin mengingatkan saya untuk tetap berpijak pada jalan-Nya. Thank's mbak

annie mengatakan...

eh ... ada kesalahan ketik (yang di atas tuh) mbak, bukan tabin tapi batin hehe ...

dswrikandi mengatakan...

harta memang penting dalam hidup. karena tanpa harta kita memang menjadi susah untuk membeli sesuatu yg penting. contoh rumah, pendidikan anak.

tapi yang memang jauh lebih penting dari semua itu adalah kebahagiaan. dan harta tidak akan bisa membeli kebahagiaan.

jadi, saya mungkin akan iri ketika melihat orang lain bahagia. seperti mbak menceritakan kehidupan mbak dengan suami dan anak2nya. itu bikin saya iri lho.. hehehe

lina mengatakan...

Freedom isn’t free it self! you have to work hard to free your freedom.

aku juga sedang berjuang keras menuju sana. bukan materi yang disebut-sebut banyak masyarakat dunia. tapi kemerdekaan yang itu. yang mungkin sedang mbak tisti tempuh.

entah kenapa ya mbak, aku udah merasa menemukan 'mbakyu', di sini. mbak tisti tu dah takanggep guru dan suhu.

"ngaku-ngaku....hehhee"

dswrikandi mengatakan...

harta memang penting dalam hidup. karena tanpa harta kita memang menjadi susah untuk membeli sesuatu yg penting. contoh rumah, pendidikan anak.

tapi yang memang jauh lebih penting dari semua itu adalah kebahagiaan. dan harta tidak akan bisa membeli kebahagiaan. dan inilah yang banyak dilupakan banyak orang.

jadi, saya mungkin akan iri ketika melihat orang lain bahagia. seperti mbak menceritakan kehidupan mbak dengan suami dan anak2nya. itu bikin saya iri lho.. hehehe

FATAMORGANA mengatakan...

Harta, Tahta dan Neraka
saling bersimbiosis bagi mereka yang senantiasa tidak pernah merasa puas dengan apa yang ada.

none mengatakan...

bener mbak, Henny juga ga berani mengatakan teman mbak itu termasuk golongan yang mana. Yang jelas ada jalan sendiri yang kita pilih untuk tetap hiduo

brencia mengatakan...

ah... masih banyak sekali orang menilai materi sebagai dewa ya..

Kabasaran Soultan mengatakan...

Sebuah renungan sarat makna yang sungguh layak untuk dilontarkan pada "diri".
Semoga " diri " dapat mengambil hikmah dari renungan ini.

Terima kasih untuk tausiah nan indah ini.

isti mengatakan...

Wanita karir selalu dianggap lebih sukses daripada ibu rumah tangga. Padahal tanggung jawab yg dipikul tidak kalah beratnya. Makasih mbak Tisti, saya juga sering mengalami hal seperti ini...

lilliperry mengatakan...

biasanya harta, tahta dan wanita.. :)

saya pun kadang tidak paham tentang hidup yang begini2 saja. bersyukur menjadi begini2 saja saya rasa sudah mewakili bagaimana cara kita hidup. Tidak apa2 mbak, dunia tidak menjamin orang bahagia.. justru kita yang harus mencoba berbahagia melihat dunia, seperti apapun kita sekarang..

postingannya bagus

NURA mengatakan...

salam sobat
wah mba TISTI ini, postingannya memang kenyataan yang suka didengar, dijumpai.
memang banyak mba yang seperti itu dijumpai ngga hanya disini,,,semua dipunahkan dengan dignity.

sibaho way mengatakan...

nice post....
mengingatkan saya juga akan seorang teman yang selalu menegur saya dengan kalimat seperti di atas: masih gitu2 aja lo...

yes. saya masih gitu2 aja terlihat dari luar. namun di dalam saya sudah sangat berubah jauh. termasuk tidak menonjok hidungnya mendengar kata2 itu :)

Unknown mengatakan...

Akhirnya bisa juga aku komeng disini mbak..
2 kali reset..wah inetku duduuz banget

Entah ini diluar konteks apa engga mbak,
tapi aku melihat pertanyaan masih gitu2 aja lo
itu paling banyak dilontarkan saat pulang berkumpul keluarga pas hari Raya..

Yolizz mengatakan...

bukan cuma harta dan tahta,, terkadang pendidikan juga selalu menjadi tolak ukur sekarang ini... fiuuhh... kenapa orang harus selalu melihat dari satu sisi?! :(

Dream Competition mengatakan...

yah,begitulah kawan sis.kadang mereka berkata menyakitkan.kadang menyenangkan.Di ambil aja positifnya.Dan jalani yang menurut anda senang dan bahagia.

Laksamana Embun mengatakan...

AMin...

Tapi bgitulah sifat Asli Manusia sbnarnya

harto mengatakan...

Postingannya puitis banget ya Mbak...
Perbanyaklah ibadah tuk mendapat kan Harta & Tahta di akhirat, Insya Allah Syurga balasannya.

Whienda mengatakan...

Hmm.. aku jadi teringat dengan Prof. Dr Abraham Maslow, (Bapak Psikologi Humanistik. Ia telah melakkan penelitian mengenai apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh seseorang (di dunia) agar bahagia. Ternyata, Tahta, Harta dan Wanita sama sekali bukanlah prioritas. Ini penelitian ..bukan sekadar anggapan. Penelitian ini bagaikan ferivikasi ilmiah terhadap tuntunan Rasullulah mengenai hidup. With Love. Whienda.

Clara mengatakan...

hidupku pun gitu" aja, kek nda ada perkembangan yang berarti T^T

-3- mengatakan...

Amit-amit...*ketok2 meja .
Koq ada teman yg gitu yah?

SeNjA mengatakan...

benar mba,...apa artinya smua jika kita tidak punya hati.
saat ini dunia kian tidak sensitif untuk hal2 yg berkaitan dgn hati dan nurani.

sgalanya dilihat dari materi dan tahta...

mantap mba...pencerahan yg luar biasa pagi ini buat aku pribadi,trima ksh

Unknown mengatakan...

begitulah manusia. selalu melihat materi. yg ditanya kalo lama gak ketemu, mobil lu apa, pangkat lu apa, anak lu berapa, suami lu kerja apa. hehehe....

komuter mengatakan...

aku tertunduk setelah membaca ini.
anda benar......

None mengatakan...

aku gg bisa berkomentar , semuanya sangat benar, wajib untuk renunganku :).

Ibnu Mas'ud mengatakan...

sebenernya .. materi di dunia tak akan dibawa ke akherat ..

reni mengatakan...

Renungan juga untukku mbak..., semoga aku tak terjebak dalam godaan harta dan tahta. Amin...

buwel mengatakan...

Allohu akbar!
Prihatin memang......
Sekarang ini ketakwaan bukan sebagai ukuran...

a-chen mengatakan...

Bener Mbak, jaman ini kebanyakan orang2 lebih mementingkan keduniaan....

Anonim mengatakan...

Secangkir kopi memang pahit, tetapi didalam kepahitan pun ada rasa manis yang cukup nikmat dengan ukuran kondisi kita! Tinggal kita bagaimana merasakan dan mencikapinya!
Rasulullah Saw bersabda, "Lihatlah kepada siapa yang lebih rendah dari kalian, jangan melihat kepada siapa yang lebih tinggi dari kalian; karena itu akan menjadikan kalian tidak menyepelekan nikmat Allah."
Nikmatilah secangkir kopi jahe yang menghangatkan rasakan aromanya, Semangat sahabatku!

Joddie mengatakan...

wow.. sebuah renungan yang luar biasa.. makasih pencerahannya yaa...

Lolly mengatakan...

mulai dari tempat kita sekarang ya...
hm..
makasih.postingan ini sungguh bikin aku mikir kembali.

Malioboro mengatakan...

Mampir, bunda

mocca_chi mengatakan...

sadis banget si kata temenmu mbak, bener bener dehh

bening mengatakan...

weeiiisss.., perenungan yg mantabb bug,
rasa syukur akan segala nikmat-Nya membuat kita semakin merasa kaya dan sangat kaya

becce_lawo mengatakan...

hallo..baru mampir nih mbak*tutup muka, malu2*
sebenarnya kmarin udah mampir n pas mau koment tapi tiba ada kerjaan jadinya lupa*alaaah, ngelesss nih becce*
kasihan tuh mbak temennya klu ada yang begitu, justru dia yg harus dikasihani...nasi sebiji aja ngga bisa dia buat...eeee, sdh pake nyombong segala...hmmmm
dan saya yakin mbak akan forgive+forget+smile untuk temannya itu.

cah ndueso mengatakan...

WANITA NYA KEMANA?

anazkia mengatakan...

gini2 aja, githu2 aja, sepertinya adalah saya mbak. kadang, saya kefikiran juga, ketika alm, bapak saya seorang kuli bangunan dan ibu saya juga seorang wanita karir (bekerja sebagai pembantu) hehehe.. yang penting bantu suami. Kadang saya mikir, ko saya githu2 aja yah? gak jauh beda nasibnya ma ibu? tapi, apa iya saya begini2 aja? gak ada perubahan? hmm.. kalau saya jawab ya, sepertinya, saya manusia yang tak pandai bersyukur. nice share mbak. Kirain saya, mo bahas tentang poligami :D

hari Lazuardi mengatakan...

pernyataan kawan lama itu sepertinya dikirim untuk mengingatkan kita semua mengenai bagaimana kita agar dapat lebih memaknai hidup ini tanpa harus terpaku kepada suatu parameter tertentu..
karena sukses di dunia belum tentu sukses di akhirat..

akupasrah mengatakan...

sangat menarik artikelnya...
btw salam perkenalan dari komunitas blogger bekasi
mau tau acara terbentuknya silahkan lihat di Launching BeBlog

Anonim mengatakan...

Harta, tahta bahkan juga wanita, bisa menghantarkan kita ke syurga, bisa juga ke neraka, tergantung bagaimana kita menyikapinya.....

selli_usel mengatakan...

. harta emng penting dalam kehidupan
. tapi yang lebih penting adlah beriman kepada sang maha pencipta.

about healty mengatakan...

emang suasana yg mnyenangkn mmbuat kita terlena..kdang2 smpe mmbuat kita ambisituk mngeruk satu hal yg ingin dicapai..pdahal semua tu sudah berada pd ambangkelayakn...yg mmbuat dri kita lalai dlm khidupan

Obat Diare Tradisional mengatakan...

waw tulisan yang menyejukkan hati ...syukronkatsiron aja yah

daun sirsak untuk kanker mengatakan...

thanks sudah berbagi ilmu..

Obat Herbal Ace MAxs mengatakan...

nice post

akhbar mengatakan...

terimakasih atas infonya


cerita nya sungguh luar biasa

Jasa SEO mengatakan...

harta di dunia memang tidak akan di bawa sampai mati :)

Jasa SEO

obat darah rendah mengatakan...

artikel yang sangat bermanfaat.:)

Posting Komentar

Tulislah komentar, walau hanya satu kata....
^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Followers

©2009 Tisti Rabbani | by TRB